gunungan (kayon)



Dalam sejarah wayang, bentuk gunungan muncul sekitar zaman kerajaan Islam di Demak pada abad ke- 15 dan 16. Pada zaman Hindhu Budha di Jawa. Gunungan pada zaman Hindhu dalam wayang masih merupakan gambar pohon. Makna gunungan zaman Hindhu adalah ‘pohon hayat’, poros semesta, dan luar semesta. Gunung belum dimasukkan dalam konsep gunungan. Inilah sebabnya mengapa gunungan juga disebut kayon atau kekayuan, alias pohon. Yang dimaksud adalah pohon kehidupan itu. 
Gunungan atau kayon dalam pertunjukan wayang memegang peranan penting/sentral. Bentuk gunungan dapat dilihat secara terstruktur menjadi tiga bagian, yaitu bagian puncak, bagian tengah dan bagian paling bawah yang biasa disebut palemahan (tanah/bumi). Bagian puncak berbentuk meruncing ke atas yang dimulai dari bagian tengah yang disebut genukan (menyembul) dan lengkeh (ceruk), pada bagian bawah tipis dan rata. Dalam bebeapa gunungan ini pada bagian bawah ini kadang hanya digambarkan dibagian tengahnya saja. Hampir semua gunungan yang dikenal sekarang ini memiliki struktur bentuk bagian seperti itu. Bagian bawah yang digambarkan sangat tipis dan kecil, hampir tidak menarik perhatian adalah lambang dunia fana yang merupakan dunia manusia. Meskipun pada bagian ini ada ragam hias, ragam hias tersebut tidaklah serumit dengan bagian – bagian struktur lainnya.
Hidup manusia di dunia terdiri dari dua aspek yaitu aspek jasmani dan aspek rohani/roh, keduanya menyatu dan tidak dapat dipisahkan. Roh yang terpisah dari badan dengan sendirinya mengakhiri hidup di dunia yang serba material ini. Badan yang tanpa roh akan mati sedangkan roh tanpa badan akan tetap ada, hanya saja tidak ada didunia yang serbba material ini. Ada kepercayaan bahwa selama manusia masih hidup roh manusia mampu memasuki alam roh yang berada di luar alam dunia manusia, gambaran tentang kemungkinan ini digambarkan dengan jelas lewat struktur bentuk dan wujud gunungan wayang. Dengan demikian, gunungan wayang adalah lambang atau gambaran dari dunia mistik manusia, dunia yang mengantarkan manusia memasuki alam diluar alam material dunia ini. Gunungan adalah roh itu sendiri, gunungan adalah mistik, gunungan adalah gambaran pengalaman transendental manusia.
Dalam strukturnya, gunungan wayang mirip dengan bangunan candi, yaitu penggambaran dunia bawah dalam bentuk kaki candi yang bertangga, dunia tengah atau dunia antara yang diwujudkan dalam kamar candi pada badan candi, dan dunia atas atau dunia roh atau dunia roh dan dewa pada bagian atap candi.

Struktur bagian gunungan wayang
1. Bagian bawah atau palemahan 

Pada struktur bagian gunungan wayang yang paling bawah adalah palemahan yang memiliki konsep atau filosofi yaitu merupakan hubungan antara dunia manusia dalam hidup yang nyata ini, seperti hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan lingkungan. Yang pada bagian ini digambarkan secara datar dan amat tipis bahkan hanya digambarkan sangat terbatas tepat ditengah – tengah bagian dasar gunungan.
2. Bagian genukan dan lengkeh 
Pada bagian ini merupakan bagian yang menonjol dari wujud gunungan yang kebulat – bulatan. Bagian ini menjorok keluar sehingga memiliki ukuran lebar yang paling besar dalam gunungan. Pada bagian ini merupakan bagian gambaran dari dunia tengah atau medium kerohanian itu. Struktur tengah ini diisi dengan gambar bangunan rumah beratap dengan kedua pintu tertutup. Atau kadang diisi dengan gambar kolam persegi empat atau gabungan antara kolam dengan bangunan rumah. Bangunan rumah kecil tertutup ini selalu dijaga oleh dua raksasa penjaga yang mengingatkan orang akan arca dwarapala atau raksasa penjaga pintu masuk candi – candi Jawa. ini menunjukkan bahwa bangunan ini suci, seperti halnya ketika orang memasuki kamar candi. Inilah alasannya mengapa di arah bawah bangunan digambarkan tangga masuk bertingkat. Sementara itu, dikiri kanan bangunan digambarkan sayap – sayap dua ekor burung garuda yang mengembang, yang mendesak pada bagian gunungan itu menyembul kekiri dan kanan sebagai genukan. Inilah merupakan lambang pemnghubung antara dunia manusia dan dunia roh. Garuda yang kadang digambarkan lengkap dengan kepala dan kadang hanya digambarkan sayapnya saja merupakan kendaraan roh manusia untuk memasuki dunia atas atau dunia roh. Selain itu pada bagian tengah biasanya terdapat hiasan berupa kolam yang berarti air ‘kehidupan’ dalam lakon Bimasuci atau Dewaruci.
Secara garis besar dapat dijelaskan bahwa struktur tengah gunungan adalah struktur dunia tengah manusia dengan roh. Ini adalah merupakan dunia perantara atau dunia medium, dunia tampak dan dunia yang tidak tampak. Setiap gunungan akan mengisi struktur tengah ini dengan gambaran – gambaran yang sesuai dengan konsep medium mistik masing – masing pencipta atau perupanya. Dengan demikian pemakanaan gambar – gambar didalam gunungan harus mengacu pada konsep – konsep mistik yang beraneka ragam di Jawa.
3. Bagian atas atau bagian puncak
Bagian atas dimulai dari batas teratas sayap garuda sampai dengan puncaknya yang meruncing dan berupa kuncup bunga. Pada bagian ini terdapat gambar batang pohon lurus ke atas dengan cabang – cabang yang dari arah bawah melebar dan semakin keatas semakin kecil. Akar pohon besar juga sering digambarkan tepat diatas bangunan atap struktur dunia tengah. Yang merupakan hubungan antara dunia manusia dengan dunia rohani di atas. Pohon tersebut merupakan pohon yang sakral yang diisi bukan dengan gambaran dedaunan melainkan diisi dengan bunga – bungaan.
Struktur puncak ini pada bagian pohonnya digambari dengan kepala raksasa yang lidahnya menjulur keluar yang disebut banaspati. Yang merupakan lambang dari kesucian. Struktur dunia atas ini ada tingkatannya, pada bagian bawah biasanya terdapat gambar antara banteng dengan macan. Ini merupakan unsur antagonistik atau konflik dalam jiwa manusia. Ini memaknai bahwa harus ada keselaraan pada jiwa manusia untuk mencapai harmoni rohaniyah. Setelah selaras maka akan meningkat lagi yang lebih tinggi. Dan pada bagian atas dahan pada pohon kehidupan terdapat monyet pada kanan dan kiri dahan. Dalam tingkatan ini telah lepas dari konflik dan dan rohani telah selaras dengan prinsip – prinsip dunia atas rohani itu.dan pada dahan berikutnya yang lebih tinggi lagi adlah terdapat gambar burung – burung yang serupa yang harmonis dan tak ada konflik lagi. Inilah tingkat lebih halus, lebih tinggi daripada tingkat kerohanian manusia. Dan pada puncaknya terdapat gambar tunas bunga yang meruncing. Gambar tunas merupakan representasi dari awal dan akhir kehidupan. Disebut awal kehidupan karena pada tingkat ini manusia akan memasuki hidup baru yang abadi, yang mutlak yang sama sekali abstrak. Sedangkan tunas bunga sebagia akhir dari kehidupan, karena terdapat dibagian paling ujung dari gunungan, sedangkan gunungan itu sendiri diulai dari palemahan yang ada pada bagian paling bawah.