Rabu, 09 November 2011

selamat datang 22

ketika kumulai mengangkat kaki dan menjadi sebuah pijakan, aku tau apa yang sebenarnya kuhadapi. pijakan demi pijakan telah ku lakukan, hingga pada suatu saat ku berpijak pada sebuah kerikil tajam yang membuatku sakit. namun hal tersebut tak membuatku berhenti melangkah, meskipun rasa sakit masih membayangi di pijakanku. takkan ku belokkan arah kejalan yang tampak lurus, takkan kurasakan rasa sakit dalam pijakanku. dan tanpa sadar, saat ku menoleh ke belakang ternyata awal dari pijakanku sudah tak terlihat. tanpa sadar aku telah melangkah sangat jauh. sungguh, ku tak mengira. langkah demi langkah, pijakan demi pijakan yang selama ini aku lakukan dengan santai, rupanya telah membawaku pada saat ini. entah, berapa kali batu kerikil telah menyakitiku. berharap, aku dapat berjalan mundur. dan aku berusaha untuk berjalan mundur. ternyata saat ku coba, aku malah terjatuh. hah, semua orang tau berjalan mundur lebih sulit daripada melangkah kedepan sesuai dengan arah mata kita. meskipun kadangkala mata kita membawa pada jalan yang halus namun licin. mungkin saat ini aku ingin sekali mengatakan kata "sialan". dan ingin, mencari jalan yang nyaman meskipun tak nyaman. selamat datang 22