Setelah kuberfikir ternyata semua ini nyata.
Sesuatu yang ku kira adalah sesuatU yang
dapat ku kendalikan. Tetapi ternyata,
pemikiranku masa lalu hanyalah pemikiran
yang sia-sia. Tak pernah terbayangkan
bahwa kemarin ku masiH merasa setiap saat
bisa bermain dengan menyenangkan, tetapi
sekarang ku harus bermain dEngan sesuatU
yang sangat mengerikan. SesuatU yang
tak dapat ku kendalikan, dan siapapun
juga tak dapat mengendalikan. "Kurang
ajar" bisikku, kenapa aku harus memiliki
pemikiran seperti itU sekarang, kenapa
tidak seDari dulu aku berfikir seperti itU!
Seandainya saja ku dapat berfikir lebih awal
mengenai ini smua, pasti aku tidak akan
pernah berfikir bahwa saat ini adalah saat
yang mengerikan. Aah . . . Sudahlah, ,
(entah ini pemikiran positif ataukah
negatif). Yang penting saat ini adalah
bagaimana upaya agar sesuatU yang
mengerikan ini ku ubAh menjadi sesuatU
yang menyenangkan.
Disaat semua dengan asik melakukan
sesuatu yang dapat membuat mereka
senang, tanpa sadar mereka telah
melakukan sesuatu yang sebenarnya
menyediHkan.
Apa yang harus kulakukan saat ini?
Ternyata pertanyaanku itu masih belum
cukup, padahal aku fikir dengan berfikir
seperti itU sudah cukup membAntU. Tapi
ternyata, pertanyaAn seperti itU belum
cukup, aku harus membuat pertanyaAn
bAru yang akan membuatku cukup pada
saAt itU. Eh,, ternyata setelah mempunyai
bAnyak pertanyaAn, pada akhirnya aku
bingUng harus menjawab apa. SungGuh,
pertanyaAn yang tak ada jawaBanNya
sama saja bohoNg, dan sia-sia. Tak
semudah yang kubAyangkan, ternyata
menjawaB pertanyaan sendiri lebih sulit.
Kemarin (entah kpn aku tak ingat), aku
berfikir (dengan pemikiran semasa itu), ku
juga lupa dari mana asal pemikiran ini.
"apakah dunia ini akan lenyap? Seandainya
benar, apakah ada yang tinggal d dunia ini?
Terus dan terus aku bayangkan,, semakin
jauh dan menjauh,, benarkah akan tidak
ada? Cukup lama aku membayangkan,
setelah lama ada di dalam fikiranku,
ternyata aku di buat hampir menangis
pada saat itU, tetapi setelah itU aku
berfikir kembali dan menghasilKan sesuatU
yang cukup menghibur diri, "aah. . . tak
mungkin akan terjadi seperti itu, kayak
sinetroN ja ada tulisane TAMAT". Itulah
hasil pemikiranku yang bertahan tidak lama.
Dan pada akhirnya semua itU terjawab,
guru agamaku menjelaskan banyak hal,
salah satUnya yaitu "percaya pada hari
akhir", yang telah menjawab pemikiran
polos pada saat itu.
Yaah, namanya anak - anak, biarpun tau
tetep aja cuek, dan tak memikirkannya lagi.
Sepertinya baru kemarin aku memikirkan hal
itu, tetapi sekarang sudah berbeda koNdisi
aku mengingatnya, dan apakah besok akan
sama? Dan apakah sebenarnya yang
kupikirkan saAt ini?
Ternyata adalah "waktu", dan aku hanya
dapat mengartikan waktu adalah kemarin,
sekarang, dan besok.
Sesuatu yang ku kira adalah sesuatU yang
dapat ku kendalikan. Tetapi ternyata,
pemikiranku masa lalu hanyalah pemikiran
yang sia-sia. Tak pernah terbayangkan
bahwa kemarin ku masiH merasa setiap saat
bisa bermain dengan menyenangkan, tetapi
sekarang ku harus bermain dEngan sesuatU
yang sangat mengerikan. SesuatU yang
tak dapat ku kendalikan, dan siapapun
juga tak dapat mengendalikan. "Kurang
ajar" bisikku, kenapa aku harus memiliki
pemikiran seperti itU sekarang, kenapa
tidak seDari dulu aku berfikir seperti itU!
Seandainya saja ku dapat berfikir lebih awal
mengenai ini smua, pasti aku tidak akan
pernah berfikir bahwa saat ini adalah saat
yang mengerikan. Aah . . . Sudahlah, ,
(entah ini pemikiran positif ataukah
negatif). Yang penting saat ini adalah
bagaimana upaya agar sesuatU yang
mengerikan ini ku ubAh menjadi sesuatU
yang menyenangkan.
Disaat semua dengan asik melakukan
sesuatu yang dapat membuat mereka
senang, tanpa sadar mereka telah
melakukan sesuatu yang sebenarnya
menyediHkan.
Apa yang harus kulakukan saat ini?
Ternyata pertanyaanku itu masih belum
cukup, padahal aku fikir dengan berfikir
seperti itU sudah cukup membAntU. Tapi
ternyata, pertanyaAn seperti itU belum
cukup, aku harus membuat pertanyaAn
bAru yang akan membuatku cukup pada
saAt itU. Eh,, ternyata setelah mempunyai
bAnyak pertanyaAn, pada akhirnya aku
bingUng harus menjawab apa. SungGuh,
pertanyaAn yang tak ada jawaBanNya
sama saja bohoNg, dan sia-sia. Tak
semudah yang kubAyangkan, ternyata
menjawaB pertanyaan sendiri lebih sulit.
Kemarin (entah kpn aku tak ingat), aku
berfikir (dengan pemikiran semasa itu), ku
juga lupa dari mana asal pemikiran ini.
"apakah dunia ini akan lenyap? Seandainya
benar, apakah ada yang tinggal d dunia ini?
Terus dan terus aku bayangkan,, semakin
jauh dan menjauh,, benarkah akan tidak
ada? Cukup lama aku membayangkan,
setelah lama ada di dalam fikiranku,
ternyata aku di buat hampir menangis
pada saat itU, tetapi setelah itU aku
berfikir kembali dan menghasilKan sesuatU
yang cukup menghibur diri, "aah. . . tak
mungkin akan terjadi seperti itu, kayak
sinetroN ja ada tulisane TAMAT". Itulah
hasil pemikiranku yang bertahan tidak lama.
Dan pada akhirnya semua itU terjawab,
guru agamaku menjelaskan banyak hal,
salah satUnya yaitu "percaya pada hari
akhir", yang telah menjawab pemikiran
polos pada saat itu.
Yaah, namanya anak - anak, biarpun tau
tetep aja cuek, dan tak memikirkannya lagi.
Sepertinya baru kemarin aku memikirkan hal
itu, tetapi sekarang sudah berbeda koNdisi
aku mengingatnya, dan apakah besok akan
sama? Dan apakah sebenarnya yang
kupikirkan saAt ini?
Ternyata adalah "waktu", dan aku hanya
dapat mengartikan waktu adalah kemarin,
sekarang, dan besok.